Kelurahan Mlatiharjo, Kota Semarang, 2 Agustus 2025

Semarang – Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang menggelar kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat di Kelurahan Mlatiharjo, Kota Semarang, dengan tema “Pelatihan Pemanfaatan Sampah Organik Dapur dengan Budidaya Maggot sebagai Sumber Protein Unggas dan Pupuk Organik Tanaman”. Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen perguruan tinggi dalam mendukung pengelolaan lingkungan berkelanjutan, pemberdayaan masyarakat, serta penerapan teknologi tepat guna di sektor pertanian.

Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu, 2 Agustus 2025 ini dihadiri oleh perangkat kelurahan, tokoh masyarakat, dan warga setempat. Tim pengabdian masyarakat Fakultas Pertanian Unwahas menghadirkan narasumber yang berkompeten di bidang budidaya maggot dan pengolahan sampah organik, dengan tujuan memberikan wawasan, keterampilan, serta motivasi bagi warga untuk memanfaatkan potensi limbah rumah tangga menjadi produk bernilai ekonomi.

Latar Belakang Kegiatan

Sampah organik rumah tangga, terutama sisa makanan dan limbah dapur, seringkali menjadi permasalahan lingkungan karena penanganannya yang belum optimal. Melalui pelatihan ini, masyarakat diperkenalkan dengan Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam, yang larvanya (maggot) memiliki kemampuan tinggi dalam mengurai sampah organik menjadi produk bermanfaat. Maggot tidak hanya menjadi sumber protein alami untuk pakan unggas, tetapi juga menghasilkan residu berupa pupuk organik yang dapat menyuburkan tanaman.

Rangkaian Acara

Acara dimulai dengan sambutan dan pemaparan materi dari Ketua Program Pengabdian Masyarakat (Dewi Hastuti) yang menekankan pentingnya peran masyarakat dalam pengelolaan sampah organik sebagai salah satu langkah nyata menjaga lingkungan serta potensi maggot sebagai pakan unggas dan pakan ikan yang mengandung protein tinggi. Kemudian dilanjutkan dengan sesi pemaparan materi oleh narasumber (Hendri Wibowo & Fijay Afif Fauzi) yang menjelaskan teknik budidaya maggot, manajemen media dan siklus hidup BSF.  Rossi Prabowo menyoroti pencemaran lingkungan dengan banyaknya sampah rumah tangga yang dibiarkan tanpa ada pengolahan dan tidak dimanfaatkan. Sampah rumah tangga memiliki nilai manfaat yang besar bila diolah menjadi pupuk organik baik yang cair maupun padat, dan ternyata sampah rumah tangga organik merupakan sumber pakan untuk pembesaran maggot. Sedangkan Farikha Maharani menyampaikan kandungan gizi dan manfaatnya maggot untuk sumber nutrisi bisa dalam bentuk segar maupun yang sudah diolah menjadi tepung maggot.  Pada pelatihan budidaya maggot ini dipraktekan cara menetaskan telur lalat BSF menggunakan stater kit dari Fakultas Pertanian serta pembagian Stater kit untuk mendukung jalannya program ini.

Manfaat dan Harapan

Selanjutnya, peserta mengikuti sesi praktik langsung, mulai dari pembuatan wadah budidaya, penebaran media, pemberian pakan organik, hingga pemanenan maggot. Sesi ini menjadi kesempatan bagi warga untuk mencoba dan memahami proses secara menyeluruh. Melalui pelatihan ini, diharapkan warga Kelurahan Mlatiharjo mampu:

  1. Mengurangi volume sampah organik rumah tangga.
  2. Menghasilkan pakan unggas dan ikan berkualitas dengan biaya lebih hemat.
  3. Memperoleh pupuk organik yang ramah lingkungan dan meningkatkan produktivitas tanaman.
  4. Menumbuhkan peluang usaha berbasis pengelolaan limbah organik.

Fakultas Pertanian Unwahas berkomitmen untuk terus mendampingi dan memantau perkembangan implementasi teknologi budidaya maggot di masyarakat, sehingga dapat memberikan dampak nyata bagi perekonomian warga dan kelestarian lingkungan.

Sinergi Pemkab Blora dan PCNU Bangun Blora Sebagai Kabupaten Organik
Didampingi Fakultas Pertanian UNWAHAS dan Disaksikan PWNU Jawa Tengah

Semarang, [15 Juli 2025] — bertempat di Kantor PWNU Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Blora dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Blora secara resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk membangun sinergi dalam pengembangan program pertanian organik berkelanjutan di seluruh wilayah Kabupaten Blora. Kegiatan strategis ini turut didampingi oleh Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim (UNWAHAS) Semarang dan disaksikan langsung oleh dua tokoh penting dari PWNU Jawa Tengah: KH. Ubaidillah Shodaqoh selaku Rois Syuriah dan KH. Abdul Ghoffar Rozin selaku Ketua Tanfidziyah.

Penandatanganan MoU ini menjadi momentum penting dalam memperkuat kerjasama lintas sektor—antara pemerintah daerah, organisasi keagamaan, dan institusi pendidikan tinggi—dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan dan degradasi lingkungan akibat pertanian berbasis kimia.

Turut hadir dalam kegiatan ini Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Bapak Defransisco Dasilva Tavares, SP., M.Si., serta Dekan Fakultas Pertanian UNWAHAS, Dr. Rossi Prabowo, M.Si., yang menyampaikan dukungan akademik dalam mendampingi implementasi program pertanian organik yang berorientasi pada keberlanjutan dan kemandirian petani.


Pertanian Organik: Jalan Tengah Menuju Ketahanan Pangan dan Keseimbangan Alam

Pertanian organik kini menjadi solusi strategis di tengah tantangan global seperti perubahan iklim, penurunan kesuburan tanah, ketergantungan terhadap bahan kimia sintetis, serta lonjakan harga pupuk dan pestisida. Di Kabupaten Blora, visi besar ini diwujudkan melalui kolaborasi nyata dengan lembaga keagamaan—khususnya Lembaga Pengembangan Pertanian (LPP) NU—yang memiliki struktur hingga tingkat kecamatan melalui Majelis Wakil Cabang (MWC) NU.

MoU ini membuka jalan bagi pembangunan demplot (demonstration plot) pertanian padi organik di seluruh kecamatan se-Kabupaten Blora. Demplot ini tidak hanya menjadi model edukatif bagi petani, tetapi juga sarana untuk melakukan replikasi teknologi organik yang adaptif dan murah.

Bupati Blora menegaskan bahwa program ini merupakan langkah strategis dalam mewujudkan visi Presiden RI, Bapak Prabowo Subianto, dalam memperkuat ketahanan pangan nasional yang berbasis pada kemandirian lokal dan keberlanjutan lingkungan.

“Melalui kerjasama ini, kami ingin membangun Blora sebagai Kabupaten Organik yang tidak hanya sehat bagi petani dan konsumen, tetapi juga menyuburkan kembali Bumi-nya Gusti Allah SWT yang sudah terlalu lama lelah diberi pupuk kimia,” tegas Bupati dalam sambutannya.


Peran Fakultas Pertanian UNWAHAS: Ilmu, Aksi, dan Kolaborasi

Sebagai institusi pendidikan tinggi yang berbasis nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jama’ah, Fakultas Pertanian UNWAHAS akan menjadi mitra pendamping teknis dan ilmiah dalam setiap tahap pelaksanaan program. Mulai dari pelatihan petani, penyusunan modul pertanian organik, analisis tanah, pemantauan demplot, hingga pelaporan dan replikasi ke wilayah lain.

Dr. Rossi Prabowo, M.Si., menyampaikan bahwa keberhasilan program ini memerlukan pendekatan partisipatif, transformatif, dan terintegrasi:

“Kami hadir tidak hanya sebagai akademisi, tetapi juga sebagai sahabat petani. Ilmu harus turun ke lapangan, menyatu dengan kehidupan, dan membawa manfaat. Kami optimis, melalui kolaborasi ini, Blora akan menjadi percontohan nasional pertanian organik berbasis komunitas dan nilai-nilai spiritual.”


Harapan Bersama: Menjadi Gerakan Sosial, Ekonomi, dan Ekologis

Sinergi antara Pemkab Blora, PCNU, dan UNWAHAS tidak sekadar membangun sistem pertanian, tetapi juga membangun gerakan sosial dan spiritual untuk kembali menghormati bumi sebagai amanah Ilahi. Program ini juga diharapkan meningkatkan pendapatan petani, membuka akses pasar organik, serta menciptakan generasi muda NU yang peduli pada lingkungan dan kedaulatan pangan.

KH. Abdul Ghoffar Rozin dalam sambutannya menegaskan bahwa NU siap menjadi garda terdepan dalam membangun ekosistem pangan yang berkah dan bermartabat.

Dengan semangat gotong royong, cinta tanah air, dan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin, Blora selangkah lebih dekat menjadi Kabupaten Organik berbasis Nahdliyin.


[Humas Fakultas Pertanian UNWAHAS / Diskominfo Blora]
Kontak Media:
Email: faperta@unwahas.ac.id